Sabtu, 28 Agustus 2010

Sebuah Omong Kosong Bernama Global Warming

Beberapa tahun belakangan ini kita seperti dicuci otaknya oleh berita-berita di TV, koran, dll. bahwa di bumi sedang terjadi pemanasan global atau global warming. Tapi benarkah global warming memang sedang terjadi? Berikut hasil 'pertapaan' saya dan 'sedikit' contekan dari beberapa situs.


Selama ini rupanya kita telah dibohongi oleh para pembohong (ya iyalah...). Siapa bilang kutub mencair? Ngajak ribut tuh orang, bikin gua takut aja. Faktanya, es di Antartika pada tahun 2010 lebih luas dari tahun 1980. 
Dari National Snow and Ice Data Center, University of Colorado
Lalu ada gosip tentang berkurangnya populasi beruang kutub. Faktanya, populasi beruang kutub telah meningkat dari hanya sekitar 5.000-10.000 ekor pada tahun 1950 hingga sekitar 20.000-25.000 ekor pada tahun 2009. Kalian bisa melihat fakta ini di situspolarbearsinternational.org yang juga dikonfirmasi oleh situs polar bear study group yang pro Al Gore. Pada tahun 1960an, Populasi polar bear memang menyusut drastis, namun itu terjadi akibat perburuan yang berlebihan. Ketika perburuan mulai dilarang pada tahun 1970an, populasi polar bear rebound hingga sekarang. 
Al Gore adalah salah satu tersangka utama kita. Profilnya bisa dilihat di sini. Dia salah satu pendukung teori global warming. Dia adalah mantan Wapres AS. Pada 12 Oktober 2007, Al Gore diumumkan sebagai pemenang anugerah Penghargaan Perdamaian Nobel bersama dengan Intergovernmental Panel on Climate Change "untuk usaha mereka dalam membangun dan menyebar luaskan pengetahuan mengenai perubahan iklim yang disebabkan manusia serta dalam merintis langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan perubahan tersebut." Dia juga yang merilis film An Incovenient Truth yang meraih Oscar. Dalam film itu seakan-akan manusialah yang harus bertanggungjawab atas lenyapnya gumpalan-gumpalan es di kutub, atas meningkatnya suhu bumi dan atas bencana-bencana alam yang terjadi. Pada 12 Oktober 2007, Al Gore diumumkan sebagai pemenang anugerah Penghargaan Perdamaian Nobel bersama dengan Intergovernmental Panel on Climate Change "untuk usaha mereka dalam membangun dan menyebar luaskan pengetahuan mengenai perubahan iklim yang disebabkan manusia serta dalam merintis langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan perubahan tersebut." Baik, sekarang akan saya jelaskan kenapa Al Gore menjadi tersangka kita. 

Entahkah mereka setuju dengan Gore karena didanai Gore atau Gore hanya mendanai ilmuwan yang sepaham dengannya, masih tidak jelas.

Contoh kebohongan dari film Gore adalah klaim bahwa Pemanasan global akan menaikkan permukaan laut setinggi 20 kaki (6,09 meter), padahal sebenarnya hanyalah 23 Inci (58,42 cm). Ia juga mengklaim bahwa beruang kutub sedang berada dalam bahaya. Padahal tidak demikian sebenarnya.

Film itu juga menunjukkan foto-foto glasier yang berkurang, namun ia tidak menyebut glasier-glasier lain yang terus bertambah. Gore juga menyebut Glasier Kilimanjaro yang terus berkurang akibat pemanasan global. Tapi ia tidak mengatakan bahwa Glasier Kilimanjaro telah berkurang sejak 1880, jauh sebelum kadar CO2 meningkat di bumi.

Gore juga mengklaim bahwa peningkatan kadar karbondioksida di atmosfer telah meningkatkan suhu global. Anehnya pada tahun 2005, sebuh studi oleh Journal Science menemukan sebaliknya. Peningkatan suhu bumilah yang telah memicu peningkatan kadar karbondioksida.

Bahkan tamparan yang paling memalukan bagi Gore datang dari ABC News yang menemukan salah satu cuplikan dalam film dokumenter tersebut adalah potongan film "The Day after Tomorrow".

Bukan hanya itu, para ilmuwan kemudian menemukan bahwa perubahan suhu bumi ternyata disebabkan oleh peningkatan aktifitas badai matahari, peningkatan aktivitas gunung api bawah laut, dan sistem arus laut yang kompleks.

Hal ini diperkuat oleh temuan NASA baru-baru ini bahwa perubahan suhu bumi dalam beberapa dekade ini ternyata diakibatkan oleh peningkatan aktivitas badai matahari, bukan karena anda tidak mencabut charger HP anda dari stop kontak ketika sudah selesai menggunakannya.

Plus, sesungguhnya ada trend penurunan suhu global sejak 1998. (Ya..anda tidak salah baca). Data terbaru Juni 2009 menunjukkan Suhu bumi mengalami penurunan sebanyak 74 derajat Fahrenheit sejak Gore merilis "An Inconvenient Truth" pada tahun 2006.

Gore, yang telah menjadi panglima utama dalam gerakan pemanasan global sendiri memiliki rumah seluas 10.000 kaki persegi di Nashville yang memiliki 20 kamar tidur dan 8 kamar mandi. Sementara menyarankan orang lain untuk menghemat energi, Gore menghabiskan 221.000 kilowatt jam pada tahun 2006 untuk rumah mewahnya. Rata-rata penggunaan satu rumah tangga di Amerika pada tahun itu adalah 10.656 kilowatt jam.

Tapi Gore tidak perlu merasa bersalah. Bukankah dunia sudah mengatur sebuah sistem yang disebut kredit karbon ?

Apa yang dimaksud dengan kredit karbon ?

Bersambung...
Stay tune...

Kamis, 26 Agustus 2010

Hubungan Israel Indonesia, Why Not?

Sejak tahun 1967, hubungan Israel-Indonesia sudah terputus. Rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim sangaaat membenci Israel, sang penjajah bangsa Palestina. Alasannya, bangsa Israel adalah bangsa penjajah. Tapi mengapa kita tidak mencoba membuka hubungan kita dengan Israel, baik diplomasi maupun hubungan dagang. Toh, kita tidak rugi malah kita bisa untung. 


Keuntungan Diplomasi
Membenci Israel dan dan mendukung Palestina bukan pilihan yang tepat. Sebaliknya Indonesia akan terlihat lebih keren kalau berdiri di tengah-tengahnya dan mendamaikan kedua negara tersebut seperti yang tertera di UUD 1945. Indonesia akan lebih disegani negara lain dengan mendamaikan kedua negara tersebut. Secara politis dengan dilakukannya hubungan (dagang) dengan Israel, Indonesia lebih bisa membuka jalur komunikasi sehingga bisa lebih memainkan peran penting dalam penyelesaian masalah Palestina. Selama ini peran Indonesia terhadap penyelesaian Palestina dianggap kurang optimal karena adanya kendala komunikasi. Asumsinya, bagaimana bisa melakukan proses penyelesaian terhadap dua pihak yang bersengketa jika salah satu pihak tidak pernah diajak berhubungan oleh Indonesia. “Selama ini kalau kita mau bicara tentang Palestina, orang-orang Israel tidak mau terima. Karena apa? Hubungan saja tida ada,” kata Alwi Shihab. Dengan secara intensif melakukan hubungan (dagang) dengan Israel, Indonesia berharap bisa melobi Israel untuk penyelesaian Palestina.


Keuntungan Ekonomi
Dalam perspektif ekonomi, hubungan dagang dengan Israel sangat penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Hal ini didasarkan pada beberapa argumentasi:
(1) Lobi Israel yang kuat bisa mendorong mulusnya investasi asing untuk Indonesia, terutama dari negara negara Barat. 
(2) Hubungan dagang dengan Israel yang selama ini dilakukan melalui pihak ketiga, tidak terlalu memberi keuntungan bagi Indonesia (karena sebagian keuntungan diperoleh pihak ketiga) dibanding jika Indonesia melakukan hubungan dagang secara langsung. 
(3) Israel dipandang sebagai pusat agrobisnis. 
(4) Adanya pelebaran (potensi) pasar bagi produk Indone sia ke Israel. 
(5) Hubungan dagang dengan Israel adalah hal yang lumrah, toh negara-negara Arab (Islam), yang selama ini selalu berhadapan konfrontatif dengan Israel sudah melakukan hubungan dengan Israel. “Orang-orang Arab di Mesir, Jordan, Maroko, bahkan Aljazair, juga Mauritania, semua memiliki hubungan, malahan lebih tinggi dari hubungan dagang. Ada hubungan diplomatik. Mereka meraih keuntungan-keuntungan itu,” kata Alwi Shihab.


Tak ada alasan untuk menolak hubungan Israel-Indonesia. Jangan berpikir menggunakan emosi Anda tapi dengan logika Anda. Well, membenci Israel adalah hak anda. Tapi ingat, bila Indonesia ingin menjadi bangsa yang besar, taklukanlah kebencian itu!